Aspiration Day 2025: Berani Bersuara, Berani Beraksi.

SMK BOPKRI 2 Yogyakarta Menyelenggarakan Forum Aspirasi Terbuka Tingkat Sekolah

Pada Senin, 25 Maret 2025, SMK BOPKRI 2 Yogyakarta menggelar sebuah kegiatan istimewa yang menjadi ruang ekspresi, kritik, dan kolaborasi antara siswa dan guru: Aspiration Day 2025. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 08.00 hingga 13.00 WIB di Lapangan sekolah, dengan melibatkan seluruh siswa, guru, staf TU, dan jajaran pimpinan sekolah.

Aspiration Day bukan hanya sebuah acara seremoni, melainkan forum aspiratif yang dirancang agar siswa dapat menyampaikan pemikiran mereka secara langsung—tentang apa yang mereka rasakan, butuhkan, dan harapkan dari lingkungan sekolah. Dengan semangat partisipasi aktif, acara ini menjadi wujud nyata dari sekolah yang inklusif, demokratis, dan terbuka terhadap perubahan.

Latar Belakang: Ketika Suara Siswa Ingin Didengar

Lahir dari keresahan yang muncul selama proses belajar mengajar, banyak siswa merasa bahwa aspirasi mereka masih belum tersampaikan secara langsung kepada pihak sekolah. Oleh karena itu, OSIS SMK BOPKRI 2 bersama dengan guru pembina menggagas Aspiration Day sebagai ruang formal namun bersahabat untuk menyalurkan suara-suara tersebut.

Tujuannya jelas: memberikan ruang bagi siswa untuk menyampaikan aspirasi, mendiskusikannya dengan guru secara terbuka, dan menemukan solusi yang bisa dijalankan bersama. Tak hanya itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk melatih keberanian, berpikir kritis, kemampuan komunikasi, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sekolah.

Rangkaian Acara: Panggung Suara dan Dialog

1. Sesi Open Mic – Aspirasi Tanpa Sekat

Acara dibuka dengan sambutan hangat dari Kepala Sekolah, Ibu Visca Veronica, M.Pd., yang menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah langkah penting dalam membangun budaya komunikasi dua arah yang sehat di sekolah.

Dilanjutkan dengan sesi Open Mic, sebanyak 8 siswa terpilih menyampaikan aspirasi mereka secara bergantian, masing-masing selama 4 menit. Topik yang diangkat beragam, mulai dari Fasilitas Sekolah, Kedisiplinan, Ekstrakurikuler, Akademik, hingga Kesejahteraan Siswa. Semua disampaikan dengan jujur, sopan, dan mengandung harapan.

Para peserta Open Mic menyampaikan pendapat mereka tidak hanya sebagai kritik, namun juga membawa solusi dan sudut pandang positif. Beberapa siswa mengusulkan adanya forum rutin siswa-guru, perbaikan sistem disiplin, serta tambahan kegiatan ekstrakurikuler berbasis digital dan kewirausahaan.

Sesi ini mengundang decak kagum dari banyak guru, yang menyatakan bahwa ini adalah momen langka di mana siswa dapat berbicara jujur tanpa rasa takut dan tetap menunjukkan sikap hormat.

2. Sesi Diskusi Aspirasi – Tanya Jawab Dinamis

Setelah Open Mic, acara berlanjut ke sesi diskusi utama yang diberi nama “Diskusi Aspirasi”, dipandu oleh dua moderator: Ivana Love Tagambe dan Bapak Clance Poniton Butarbutar. Dalam sesi ini, moderator membacakan daftar pertanyaan tajam dan kritis yang sebelumnya telah disusun oleh tim OSIS berdasarkan hasil survei dan pengamatan.

Uniknya, setiap pertanyaan dilemparkan secara fleksibel—kadang ke pihak guru terlebih dahulu, kadang ke siswa. Tujuannya adalah untuk menciptakan diskusi yang lebih seimbang dan menguji pandangan dari kedua belah pihak.

Beberapa pertanyaan yang diajukan antara lain:

  • “Jika fasilitas sekolah dinilai kurang, sejauh mana siswa ikut menjaga dan merawat fasilitas tersebut?”
  • “Apakah aturan disiplin saat ini masih relevan atau justru menghambat siswa berkembang?”
  • “Apakah siswa benar-benar siap menjalankan ekskul digital jika dibuka?”
  • “Bagaimana cara sekolah dan siswa bisa menciptakan suasana yang lebih peduli terhadap kesehatan mental?”

Jawaban dari guru sangat beragam, mulai dari mengakui keterbatasan yang ada, menjelaskan kebijakan dari sisi manajemen, hingga menyampaikan komitmen untuk melakukan evaluasi. Di sisi lain, siswa juga menunjukkan sikap dewasa dengan memberikan kritik yang sopan dan saran yang realistis.

Diskusi berjalan dinamis namun tetap kondusif. Tidak ada saling menyalahkan, hanya upaya untuk saling memahami dan mencari titik temu.

Penutupan: Komitmen Bersama di Atas Pakta Integritas

Acara ditutup dengan sesi simbolis namun penuh makna: penandatanganan Pakta Integritas oleh seluruh warga sekolah. Media yang digunakan bukan kertas biasa, melainkan sebuah X-Banner putih besar yang berisi kalimat komitmen bersama untuk “Mendengarkan, Membuka Diri, dan Bergerak Bersama demi Sekolah yang Lebih Baik.”

Semua siswa, guru, staf, dan kepala sekolah menuliskan tanda tangan mereka di banner tersebut, yang kini menjadi saksi dan simbol komitmen moral sekolah dalam menindaklanjuti hasil Aspiration Day.

Kesan dan Dampak: Ketika Sekolah Mendengarkan

Banyak guru menyampaikan rasa puas mereka atas kedewasaan siswa saat menyampaikan pendapat. “Kami merasa terharu melihat anak-anak kami mampu berbicara dengan berani namun tetap sopan. Ini momen yang membanggakan,” ujar salah satu guru panelis.

Siswa pun merasa dihargai. “Rasanya lega, akhirnya bisa menyampaikan apa yang kami rasakan langsung ke guru-guru. Lebih dari itu, mereka mendengarkan,” kata salah satu peserta Open Mic.

Tak hanya sampai di hari itu, seluruh aspirasi yang masuk akan direkap oleh OSIS dan dituangkan ke dalam Lembar Tindak Lanjut yang akan dibahas dalam forum sekolah bersama para Kepala Sekolah, termasuk bagian kehumasan, sarpras, kesiswaan, kurikulum, dan BK.

Harapan ke Depan

Aspiration Day 2025 bukan hanya tentang bicara. Ini adalah titik awal untuk budaya komunikasi yang lebih terbuka di SMK BOPKRI 2 Yogyakarta.
Ke depan, sekolah berharap bisa menjadikan kegiatan ini sebagai agenda rutin tahunan, dengan perbaikan di setiap aspeknya.

Karena perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil, dari satu keberanian untuk bicara, dari satu forum yang memberikan ruang untuk mendengarkan.

Ditulis oleh:
Tim Dokumentasi OSIS SMK BOPKRI 2 Yogyakarta
(Disunting oleh: Elga, Pembina OSIS)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×

 

Hello!

× Mau Bergabung? tekan tombol ini.